Kekuasaan Cenderung Digunakan Untuk Balas Dendam

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Iklan

Kekuasaan itu berdurasi waktu. Kekuasaan terkadang digunakan oleh seseorang untuk merlampiaskan dendam kepada pihak lawan. Ketika kekuatan itu ada ditangan dan apalagi di ikuti oleh nafsu kuasa maka akan ada saja pihak lain yang terdzholimi.

Membalas perbuatan baik dengan kebaikan adalah sikap bijak.  Akan lebih bijak lagi apabila membalas perbuatan jahat dengan kebaikan.  Disinilah terletak kesempurnaan jati diri seorang manusia paripurna.   Sebaliknya derajat manusia turun serendah rendahnya ketika dia membalas kebaikan seseorang dengan kejahatan.  Patutu diduga bermain pihak ketiga yang sering disebut oknum jin berbaju syethon.

Membalas perbuatan orang lain terhadap diri yang beraura negatif bisa juga dikatakan dendam.  Dendam pada skala level tertinggi bisa jadi disebut dengan dendam kesumat membara.  Rasa sakit hati karena mungkin terdzalimi dibalas balik dengan perbuatan yang sama bahkan berlebih bisakah dikatakan sebagai perbuatan tidak wajar.  Tentu saja tidak patut ditinjau dari sisi kemanusiaan.  Bukankah ada pintu maaf yang selalu ditawarkan Tuhan Yang Maha Pemaaf kepada umat yang bermukim dibumi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejarah dendam mendendam sudah ada sejak Nabi Adam As.  Syethon mulai memenuhi janji untuk menggoda anak cucu Adam pada kesempatan pertama.  Janji komunitas Syethon itu terus konsisten didawamkan  ketika terjadi perselisihan paham antara dua atau lebih anak manusia.  Dari celah perbedaan pendapat itulah syethon meng kompori kedua belah pihak sehingga berujung kepada bentrokan fisik bahkan penghilangan nyawa.

Sebenarnya agama telah memberikan pedoman baku bagaimana standar of procedure mengatasi ketika terjadi perbedaan paham.  Pedoman itu diturunkan Tuhan melalui para Nabi melalui kitab Suci.  Namun apa daya pedoman itu hanya menjadi saksi bisu yang tidak dipatuhi walaupun ada juga para ulama dan orang pintar mengingatkan kepada para pihak yang berseteru agar berdamai di bumi.

Perbedaan pendapat pada ghalibnya terjadi karena adanya perbedaan sisi pandang dari objek yang sama.  View seorang melihat satu objek misalnya dari arah timur sedangkan pendapat seterunya melihat objek tersebut dari arah barat.  Tentu saja tidak akan bertemu pada satu titik kedua pendapat tersebut apalagi bila setiap orang ngotot mempertahankan pendapat.

Oleh karena itu diperlukan seorang penengah atau moderator yang bersikap adil dan mumpuni serta memiliki helicopter view.  Seorang penengah mampu memoderasi setiap perbedaan paham dengan cara mengajak para perseteru untuk melihat permasalahan dengan pola menyeluruh yaitu memandang permasalahan itu secara jernih dari segala  sisi sudut pandang.

Tentu saja perselisihan itu akan semakin marak menjadi dendam kesumat membara ketika salah satu pihak mendapat jabatan.  Terkadang pada posisi menduduki jabatan tinggi ada kecendrungan  membuat seseorang melampiaskan dendam.  Kewenangan yang dimiliki digunakan untuk melibas habis lawan.  Kondisi seperti ini sering kali terjadi pada dunia politik.  Kekuasaan telah merubah tirani seseorang yang tadinya santun menjadi buas.  Segala daya upaya digunakan yang penting dendam terlampiaskan.

Disinilah peran syethoni mendapat lahan subur yaitu ketika nafsu mengusai alam pikiran anak manusia yang kebetulan mendapatkan kekuasaan. Mereka tidak lagi peduli kepada pendapat masyarakat, mereka tidak peduli dengan aturan hukum positif.  Atau hukum di patut patutkan untuk membenar  benarkan delik perkara yang ditimpakan kepada lawan.  Inilah dendam kesumat membara yang bukan saja menghancurkan institusi dimana beliau bertugas tetapi jauh dari itu telah mencoreng nama bangsa pada  di institusi Polri karena disana tersandang nama Negara. Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Salam salaman

TD

Bagikan Artikel Ini
img-content
Thamrin Dahlan

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Bibliografi Roh Perpustakaan

Jumat, 15 September 2023 09:56 WIB
img-content

Berita Nan Kelelap

Senin, 20 Januari 2020 06:11 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler